Kataktanduk jawa ( Megophrys montana ), atau nama umumnya katak bertanduk, bangkong bertanduk, adalah sejenis kodok dari suku Megophryidae. Disebut demikian karena katak ini memiliki tonjolan kulit di atas moncong dan kedua matanya yang "menyerupai tanduk", [4] :36 serta menyebar terbatas ( endemik) di Pulau Jawa.
Secarasederhana, tembung kriya yaiku tembung pegawean atau kata kerja dalam gramatikal bahasa Jawa. Mengutip dari buku Gladi Basa Jawa Kelas III untuk SD/MI, Dhita Puspitasari Sukendro (2015: 76), menurut kata dasarnya, tembung kriya dibedakan menjadi dua jenis, yakni tembung kriya tanduk, dan tembung kriya tanggap. Agar kita bisa memahami jenis-jening tembung kriya dalam bahasa Jawa tersebut
Kali ini kita membahas tentang doa bahasa Jawa agar selamat dalam pertarungan warisan dari Ulama Nusantara. Diketahui bahwa Ulama Nusantara dulu memadukan doa bahasa Jawa dengan budaya Arab. Sehingga, doa bahasa Jawa pun tetap bernuansa Islami, termasuk untuk selamat dalam pertarungan atau medan perang.
Tebaktebakan Bahasa Jawa yang Mengocok Perut. 1. "Kabeh tugas kuwi gampang, nek ora usah digarap." (Semua pekerjaan itu mudah, jika tidak usah dikerjakan) 2. "Dadi wong ojo kaku-kaku, ndak koyo kanebo garing." (Jadi orang jangan terlalu kaku, nanti seperti kanebo kering) 3. "Sing bergincu bakal kalah karo sing berilmu."
Berikutadalah peribahasa atau kata-kata cinta dalam bahasa Jawa, cocok bagi kalian yang sedang kasmaran dengan orang Jawa nih! #1. Rino wengi aku tansah kelingan sliramu. Siang malam aku selalu ingat dirimu. Siapa nih yang saat ini sedang mengalami perasaan seperti ini, siang malam yang dipikiran hanya dia seorang.
Site Gratuit De Rencontres Sans Inscription. Visit Klaten – Tembung Tanduk Paramasastra Bahasa Jawa. Bahasa Jawa Basa Jawa merupakan suatu bahasa Austronesia yang pada umumnya dituturkan oleh penduduk bersuku Jawa di wilayah bagian tengah dan bagian timur dari pulau Jawa. Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pengunjung visitklaten[dot]com. Yang telah meluangkan waktunya untuk mengunjungi website kami. Kami menerima segala masukkan dan kritikan agar web dan diri kami menjadi lebih baik lagi. By The Way, web ini sebetulnya tentang wisata dan media tentang klaten. Namun tak ada salahnya apabila kami berbagi hal yang lainnya yang menurut kami akan bermanfaat khususnya bagi diri kami dan juga orang lain. Karena ilmu jika dibagi bukannya berkurang namun malah akan terus bertambah. Tak lupa semoga juga bermanfaat bagi pengunjung visitklaten[dot]com. Dalam kesempatan kali ini visitklatencom akan berbagi Tembung Tanduk Paramasastra Bahasa Jawa. Data di bawah ini kami rangkum dan kami susun dari buku pepak basa jawa. Apabila dalam artikel ini sekiranya ada yang kurang jelas atau belum paham maka silakan menanyakan ke guru bahasa jawa atau yang lebih mengetahui karena disini kami hanya sekedar berbagi saja. Terima kasih. Tembung Tanduk Basa Jawa Tembung tanduk yaiku, tembung lingga sing oleh ater-ater hanuswara m-, n-, ny-. Dene warna-warnane tembung tanduk ana telu, yaiku Tembung Tanduk Kriya Wantah, yaiku tembung sing ora oleh panambang Maju Ngadeg Ndeleh Nyapu Tembung Tanduk i- Kriya, yaiku tembung tanduk sing oleh panambang i Menthungi Nulungi Nglabuhi Nyaponi Tembung Tanduk ke- Kriya, yaiku tembung tanduk sing oleh panambang ke utawa ake Mbalangake Ngalungake Nduduhake Nyelehake Catatan Admin Visit Klaten NB Jika dalam artikel ini ada yang kurang jelas atau belum paham maka silakan menanyakan ke guru bahasa jawa atau yang lebih mengetahui karena disini kami hanya sekedar berbagi saja. Terima kasih telah mengunjungi website kami. Share jika bermanfaat, jika ada kritik, tambahan atau saran silakan hubungi kami atau silakan isi di kolom komentar.
Daftar isi1. Rimbag Tanduk2. Rimbag Tanggap3. Rimbag Bawa4. Sananta5. Tandang6. Sambawa7. Pakon8. Guna9. Adiguna10. Bawa – Wacaka11. Daya Wacaka12. Kriya – Wacaka / Karana Wacana13. Tembung Rangkep14. Tembung Jamboran15. Tembung WancahPembentukan kata dalam bahasa jawa disebut dengan rimbag. Rimbag dibentuk dengan memberi ater-ater awalan, akhiran panambang, maupun seselan pada kata dasar tembung lingga. Ada banyak cara atau jenis-jenis pembentukan kata rimbag dalam Bahasa Jawa. Berikut adalah jenis dan penjelasannya1. Rimbag TandukRimbag Tanduk adalah pembentukan kata aktif. Rimbag tanduk dibentuk dengaan menambahkan awalan atau ater-ater anuswara pada kata kerja dalam sebuah kalimat. Ater-ater anuswara terdiri dari m, ng, n, 3 jenis rimbag tanduk, yaitua. Tanduk Kriya WantahTanduk kriya wantah dibentuk dengan menambahkan ater-ater anuswara saja di depan kata kerja wasesa.Contohnya Aku mangan roti aku makan rotiIbu nyapu latar ibu menyapu halamanAdik njupuk buku adik mengambil bukub. Tanduk -i kriyaTanduk i kriya dibentuk dengan menambahkan ater-ater anuswara di depan kata kerja wasesa dan juga panambang akhiran –i di Rino njupuki kembang Rino mengambili bungaIbu ngresiki kamar ibu membersihkan kamarAku nyikati sepatu aku menyikati sepatuc. Tanduk -ke kriyaTanduk ke kriya dibentuk dengan menambahkan ater-ater anuswara di depan kata kerja wasesa dan juga panambang –ake di Rina njupukake klambi ing lemari Rina mengambilkan baju di lemariSinta nyapukake jogan ing umahku Sinta menyapukan lantai di rumahkuMas Bayu nukokake adik spidol Mas Bayu membelikan adik spidol2. Rimbag TanggapRimbag tanggap dalah pembentukan kata pasif. Rimbag tanggap dibentuk dengaan menambahkan awalan atau ater-ater tripurusa dak, ko, di pada kata kerja atau dengan memberikan seselan tanggap terbagi menjadi 6 jenis, yaitua. Tanggap utama purusa tiyang kapisanYaitu kata pasif yang subjeknya adalah orang pertama. Cara pembentukannya adalah dengan menambah awalan atau ater-ater “dak-“ pada kata kerja. Bisa juga dengan memberikan akhiran “i-“ atau “-ke” tergantung pada konteks adalahTanggap utama purusa wantah Rotine dakjaluk sairis Rotinnya aku minta seirisTanggap utama purusa i kriya rotine dakpangin nganti entek rotinya aku makani sampai habisTanggap utama purusa ke kriya klambine dak umbahake kabeh bajunya tak cucikan semuab. Tanggap madyama purusa tiyang kapindoYaitu kata pasif yang subjeknya adalah orang kedua. Cara pembentukannya adalah dengan menambah awalan atau ater-ater “kok-“ pada kata kerja. Bisa juga dengan memberikan akhiran “i-“ atau “-ke” tergantung pada konteks adalahTanggap madyama purusa wantah bukune apa wis kok jaluk? bukunya apa sudah kamu minta?Tanggap madyama purusa i kriya segane wis kok pangani nasinya sudah kamu makaniTanggap madyama purusa ke kriya adikmu kok gambarake apa?adikmu kamu gambarkan apa?c. Tanggap pratama purusa tiyang kateluYaitu kata pasif yang subjeknya adalah orang ketiga. Cara pembentukannya adalah dengan menambah awalan atau ater-ater “di-“ pada kata kerja. Bisa juga dengan memberikan akhiran “i-“ atau “-ke” tergantung pada konteks adalahTanggap pratama purusa wantah bukune dijaluk marang Mbak Ratna bukunya diminta sama Mbak RatnaTanggap pratama purusa i kriya iwake dipakani pelet ikannya diberi makan peletTanggap pratama purusa ke kriya iki digambarake mbakyuku ini digambarkan kakakkud. Tanggap kaYaitu kata pasif yang dibentuk dengan memberikan ater ater “ka-“ dan bisa juga dengan menambahkan akhiran atau panambang “-i” atau “-ake”.ContohnyaTanggap ka wantah segane wes kapangan bapak nasinya sudah dimakan bapak.Tanggap ka i kriya latare katanduran macem-macem kembang halamannya ditanami macam-macam bungaTanggap ka ke kriya catatane katulisake dening Rima suratnya dituliskan oleh Rimae. Tanggap naYaitu kata pasif yang dibentuk dengan memberikan seselan “-in-“ yang artinya di…ContohnyaTanggap na wantah nekere jinaluk dening adhine kelerengnya diminta adiknyaTanggap na i kriya bukune tinulisan catetan pelajaran bukunya ditulisi catatan pelajaranf. Tanggap TarungYaitu kata pasif yang dibentuk dengan kata kerja berulang yang artinya Tulung-tinulung tolong-menolong3. Rimbag BawaRimbag bawa adalah kata yang dibentuk dengan menambagkan ater-ater atau imbuhan “ké”, “a”, “ma”, “kuma”, “kapi”, dan seselan “um” pada kata bawa “ka”Dibentuk dengan menambahkan imbuhan “ka-“ atau “ke-“ .Contohnyabawa “ka” wantah kertase kacemplung ing banyu kertasnya tercelup ke dalam airbawa “ka” wisésana kopine kacemplungan cecek kopinya kemasukan cicakb. bawa “ha”dibentuk dengan memberikan awalan “a” atau “ma”contohnyaSimbak akalung emas Si Kakak punya kalung emasDeweke maguru ing sanggar tari dia berguru di sanggar taric. bawa “ma”Dibentuk dengan memberikan seselan “um”ContohnyaKlambine gumantung ing pemean Bajunya tergantung di jemurand. bawa “kuma”, “kami”, “kapi”Dibentuk dengan memberikan awalan “kuma” atau “kami” atau kapi” pada kata bawa “ma”Dibentuk dengan memberi seselan “um” pada kata tradisi iku wis dilakoni turun-temurun tradisi itu sudah dilakukan turun temurun4. SanantaYaitu kata kerja aktif tanduk yang diberi awalan dak-. Kalimat sananta memiliki arti dak wantah aku dak njaluk sepatu nang Pakdhe aku mau minta sepatu ke PakdheSantana dak “i” kriya aku dak njupuki sampah aku akan mengambili sampahSananta dak “ké” kriya aku dak nukokaké buku adhiku aku akan membelikan buku adikku5. TandangYaitu kata pasif tanggap yang dibentuk dengan memberikan awalan “dak-“ dan akhiran Tandang “é”, “ané”, dan “né”. Kalimat tandang juga memiliki arti dak wantah bukune dak jupuké dewe Bukunya akan kuambil sendiritandang “i” kriya bukunya dak jupukané mariki bukunya akan kuambili sebentar lagitandang “ké” kriya adhiku dak jupukné buku ing meja adikku akan kuambilkan buku di meja = arep dak SambawaTembung sambawa adalah kata yang memiliki arti sanajan seumpama atau pangarep-arep harapan. Kalimat sambawa dibagi menjadi 2, yaitu 1. Sambawa saking tandukYaitu kata sambawa yang dibentuk dari kalimat tanduk atau kalimat Mau nggawaa dhuwit ya, ben iso tuku buku iki Tadi harusnya membawa uang ya, biar bisa beli buku ini2. Sambawa saking tanggapYaitu kata sambawa yang dibentuk dari kalimat tanggap atau kalimat Kokgawaa klambine yo percuma, ora bakal dienggo Seumpana kamu bawa bajunya juga percuma, tidak bakal dipakaiCatatan Sambawa wantah diberi panambang akhiran “a”Sambawa “i” kriya panambang “i” berubah menjadi “ana”Sambawa “ké” kriya panambang “aké” berubah menjadi “na”7. PakonPakon adalah kata perintah. Kata pakon atau prentah bisa dibentuk dari kata tanduk aktif maupun kata tanggap pasif.1. Pakon tandukContohnya nggawaa klambi gawe salinan ya! bawalah baju untuk ganti ya!2. Pakon tanggap “ya”Contohnya klambine gawanen! bawalah bajunya!CatatanDi pakon tandukPakon tanduk Wantah, panambang atau akhirannya “a”Pakon tanduk “i” kriya, panambang “i” berubah menjadi “ana”Pakon tanduk “ké” kriya, panambang “aké” berubah menjadi “na”8. GunaGuna yaitu kata yang kata dasarnya mendapat akhiran “en” dan membentuk arti nandang mengalamiContohnya wis seminggu iki aku wudunen sudah seminggu ini aku bisulan.9. AdigunaAdiguna yaitu kata yang kata dasarnya mendapat awala “ke” da akhiran “en”. Kata adiguna memiliki arti berlebihan/ andane kedhuwuren, aku ora wani munggah tangganya terlalu tinggi, aku tidak berani naik10. Bawa – WacakaYaitu kata yang tembung lingga atau kata dasarnya mendapat awalan “ka” dan akhiran “an”. Kalimat bawa-wacaka membentuk kata benda maupun kata Aku arep budhal nang kalurahan aku mau pergi ke kelurahan11. Daya WacakaYaitu kata yang tembung lingganya mendapat awalan “pa” dan akhiran “an”. Kalimat daya wacaka membentuk kata tempat atau Ayo mene melu aku nang padusan ayo besok ikut aku ke pemandian12. Kriya – Wacaka / Karana WacanaYaitu kata yang tembung lingganya mendapat awalan “pe” atau awalan “pe” dan akhiran “an”Contohnya aku pingin dadi penulis aku ingin menjadi penulis13. Tembung RangkepTembung rangkep yaitu kata ulang. Dalam bahasa jawa ada 3 jenis kata ulang, yaitua. Dwilingga, yaitu kata ulang dimana semua kata dasarnya lingganya atasDwilingga wutuh buku-buku, bocah-bocahDwilingga salin swara ngarep corat-coretDwilingga salin swara kabèh modhang-mèdhèng, Dwipurwa, yaitu kata ulang yang diulang adalah awalnya jejaka, Dwiwasana, yaitu kata ulang yang diulang akhirannya cengèngèsan, Tembung JamboranTembung jamboran adalah dua kata dasar yang digabung menjadi jamboran terdiri dari1. Jamboran wutuh yang artinya setingkat, contohnya gedhé cilik, boya wutuh yang kata kedua menjadi keterangan untuk kata pertama. Contohnya kandhang jaran, jambu wutuh yang kata pertama menjadi keterangan untuk kata kedua. Contohnya brata yuda, wijaya Jamboran tugel atau dua kata yang disingkat. Contohnya dhekwur dari kata endek dan dhuwur15. Tembung WancahTembung wancah adalah kata yang disingkat. Tembung wancah terbagi menjadi 5 jenis, yaituNama orang kecil atau dewasa, contohnya Mulyana jadi Mul atau YanNama tempat, contohnya Yogyakarta jadi YogyaHitungan, contohnya siji, loro, telu jadi ji,ro,luKata krama yang disingkat menjadi madya krama, contohnya punika jadi nika Tembung jamboran Jamboran tugel, contohnya endhèk lemu menjadi dhèkmu.
13 October 2022. visitklaten. Visit Klaten - Tembung Tanduk Paramasastra Bahasa Jawa. Bahasa Jawa Basa Jawa merupakan suatu bahasa Austronesia yang pada umumnya dituturkan oleh penduduk bersuku Jawa di wilayah bagian tengah dan bagian timur dari pulau Jawa. Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para Simak dan pahami materi tersebut dengan baik ya UKARA TANDUK = KALIMAT AKTIFUKARA TANGGAP = KALIMAT PASIF Belajar Bahasa JawaSedangkan dalam Bahasa Jawa sendiri, ukara tanduk termasuk istilah dalam Paramasastra Jawa. Paramasastra Jawa merupakan ilmu yang mempelajari mengenai huruf, suku kata, kata, dan kalimat. Kalimat dalam Paramasastra Jawa dibagi menjadi dua berdasarkan tindakan jejer terhadap wasesa dan bentuk kalimat. Berikut ini penjelasan untuk mempelajari Kelas 6 - Bahasa JawaMateri Macapat, Ukara Tanduk & TanggapOfficial Website Baca juga Mengenal Kuching, Kota dengan Beragam Wisata di Malaysia. Berikut cerita rakyat bahasa Jawa singkat dan pendek 1. Danau Toba. Ing sawijining dina ana wong lanang jenenge Toba. Dheweke ora duwe kulawarga, mula dheweke mung nyukupi dhahar iwak ing kali Toba. Kacarita nalika mancing, Toba entuk iwak gedhe. Biar gak bingung, ini nama-nama anggota tubuh bagian atas dalam bahasa Jawa krama inggil. 1. Mustaka. Mustaka merupakan krama inggil untuk kepala. Meski sirah sebenarnya sudah cukup halus, tapi saat bicara dengan orang yang lebih tua atau dihormati akan lebih sopan jika memakai kata ini. Namun, jangan sampai memakai kata endhas, ya. Cerita rakyat ini sangat kental dengan budaya masyarat Indonesia, diantaranya seperti cerita dari Jawa Tengah, Legenda Rawa Pening dan Timun Mas, dari Jawa Timur ada Keong Mas dan asal usul Reog Ponorogo, dan dari Sumatera Barat ada cerita rakyat yang paling populer, yakni kisah Malin Kundang. Berikut ini adalah beberapa contoh cerita rakyat Sunday, 5 January 2014. FJ - 21. TEKS BACAAN TALQIN BERBAHASA JAWA. Teks Bacaan Talqin banyak ragamnya. Berikut ini Teks Bacaan Talqin Berbahasa Jawa بسمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. لآاله الاّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاشَرِيْكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ Bahasa Jawa Angka 1-1000- Bagi Anda yang ingin mengetahui bahasa Jawa dan bahasa Jawa halusnya angka 1- satu sampai dengan seribu . Antara bahasa Jawanya bahasa ngoko dengan bahasa Jawa halusnya kromo inggil suatu angka ada juga yang sama. Untuk lebih jelasnya silakan lihat daftar di bawah ini Kis Rom 1Ko 2Ko. Gal Efe Flp Kol. 1Te 2Te 1Ti 2Ti. Tit Flm Ibr Yak. 1Pt 2Pt 1Yo 2Yo. 3Yo Yud Why. Studi lengkap, silahkan lihat Alkitab SABDA. Dengar dan baca Alkitab Karaoke, silahkan kunjungi Alkitab Karaoke. Bahan Renungan SH - RH - ROC. 12 Bahasa Jawa Krama Inggil Untuk Tubuh Bagian AtasBahasa Jawa Halus dan Ngoko Sehari-Hari. Walaupun sebetulnya bahasa Jawa memiliki 3 tingkatan penggunaan,. Namun Dalam video Belajar Bahasa Jawa yang dipandu oleh Mba Niken Larasati ini ada sekitar 111 Kosakata Bahasa Jawa Ngoko dan Bahasa Jawa Krama Inggil/Krama.. Secara sederhana bahasa jawa ngoko digunakan oleh seseorang pada seseorang lain yang seusia atau sudah dikenal dekat. Tumplak punjen atau tumpak punjen adalah salah satu dari rangkaian prosesi upacara pernikahan adat Jawa Aksara merupakan suatu sistem tanda grafis yang manusia gunakan dengan tujuan berkomunikasi dan menjadi simbol dari ujaran. Aksara Jawa lengkap, pasangan, sandangan, tanda baca dan artinya lengkap - Di Indonesia ada banyak sekali ragam bahasa yang digunakan oleh masyarakatnya. Bahasa Indonesia meskipun menduduki posisi sebagai bahasa nasional Apabila memungkinkan, semua doa tersebut dihafalkan dengan artinya. Bila tidak bisa, maka semampunya saja. Jika tidak bisa atau tidak lancar berbahasa arab, maka diperbolehkan dengan bahasa setempat, termasuk berbahasa Jawa. Bahkan ulama-ulama asal Persia, seperti Imam Ahmad, Imam Ghazali dan lain-lain, mempunyai 'aurod doa dengan bahasa Persia. Dzikrul Maut Fjteks pranatacara bahasa jawa acara pengajian Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu, Innalhamdalillaah, nahmaduhu wanasta'inuhu wanastaghfirruhu, wana'uudzubillahi min syuruuri anfusina wa min sayyiati a'maalina, may yahdihillahu fala mudzillalah wa may yudlill fala haadiyalah, asyhadu an-laailaaha illallaah wahdahu laa syariikalahu wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu Contoh Cerita Singkat Bahasa Jawa - Wiwit esuk nganti awan srengenge ora ketok amarga kaling-kalingan mendung ireng sing sumubar rata ing langit. Hawa krasa adem amarga angin nggawa uaping banyu. Aku klisikan lungguh ing ruang tamu. Sedilit-sedilit ngulati njaba nganti ora nggagas yen Ibu wis ngadeg ing jejerku.
Menyajikan informasi terkini, terbaru dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle dan masih banyak dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparanSalah satu pengajar Gembira Beraksara Jawa sedang mengenalkan metode Prahana. Foto Dokumentasi Geber JawaUkara tanduk dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kalimat aktif. Sedangkan dalam Bahasa Jawa sendiri, ukara tanduk termasuk istilah dalam Paramasastra Jawa merupakan ilmu yang mempelajari mengenai huruf, suku kata, kata, dan kalimat. Kalimat dalam Paramasastra Jawa dibagi menjadi dua berdasarkan tindakan jejer terhadap wasesa dan bentuk ini penjelasan untuk mempelajari kalimat berdasarkan tindakan jejer terhadap wasesa, yakni ukara tanduk dalam Paramasastra Ukara TandukUkara tanduk adalah kalimat yang predikatnya wasesane menggunakan kata kerja kriya tanduk atau mendapatkan ater-ater anuswara n-, m-, ng-, ny-. Subyek jejer dalam ukara tanduk umumnya melakukan sebab itu dalam Bahasa Indonesia, ukara tanduk sama artinya dengan kalimat aktif. Di mana dalam kalimat aktif dinyatakan bahwa kalimat yang subyeknya melakukan suatu cara untuk memudahkan mengingat pengertian ukara tanduk, yakni dengan mengambil kata "tanduk" itu sendiri. Tanduk adalah bagian hewan yang terletak di kepala, sehingga dalam ukara tanduk subyek biasanya ditempatkan di depan pembelajaran tatap muka yang diberlakukan oleh sejumlah sekolah di Gunungkidul. Foto Sunti M/Tugu Ukara TandukUkara tanduk dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu ukara tanduk mawa lesan dan ukara tanduk tanpa tanduk mawa lesan dapat diartikan sebagai kalimat aktif transitif. Kalimat aktif transitif adalah kalimat aktif yang memiliki obyek. Contohnya adalah Ano tuku buku, Amri nandur pari, Wawan maca koran, dan tanduk tanpa lesan sama artinya dengan kalimat aktif intransitif. Kalimat aktif intransitif artinya kalimat yang tidak memiliki obyek seperti Alif ngguyu, Udin sinau, Lela mlaku, dan sebagainya.
Paramasastra yaiku ngelmu kang nyinau babagan penulisan, aksara, wanda sarta tataning tembung lan ukara ing basa Jawa. "Paramasastra yaitu ilmu yang mempelajari tentang penulisan, aksara, ejaan/ bacaan Jawa, serta tata bahasa dan kalimat dalam bahasa Jawa." 1. Aksara Aksara yaiku wujuding gambaraning swara. "Aksara yaitu wujud atau simbol dari sistem penulisan suara". Tuladha a, b, c, d, e, f, g, h.....tekan...z. 2. Wujuding Aksara a. Aksara menga utawa aksara urip huruf vokal, yaiku aksara kang wis mujudi wanda utawa wis kena dianggo nulis. "Aksara menga atau aksara urip huruf vokal, yaitu aksara yang sudah berwujud ejaan atau sudah dapat digunakan untuk menulis". Tuladha a, i, u, o, é, è, lan e. b. Aksara sigeg utawa aksara mati huruf konsonan, yaiku aksara kang durung kena kanggo mujudi gambaraning wanda yen durung karaketan aksara menga. Aksara sigeg atau aksara mati huruf konsonan, yaitu aksara yang belum dapat dikatakan berwujud ejaan jika belum mendapatkan tambahan aksara menga/ huruf vokal". Tuladha b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p,....lsp. 3. Wanda Wanda yaiku swara utawa kecap. "Wanda ejaan/ bacaan Jawa yaitu suara atau bacaan". Tuladha a, ku, ma, pan, tu, ru,.....lsp. 4. Wujuding Wanda a. Wanda menga, yaiku wanda kang awekasan aksara menga, lan lumrahe kena kaulur nganti sasuwe-suwene. "Wanda menga, yaitu wanda yang berakhiran aksara menga, dan biasanya dapat dieja panjang". Tuladha a, i, u ,o, é, è, e, la, mi, pu, do, re, lsp. b. Wanda sigeg, yaiku wanda kang awekasan aksara sigeg, lan lumrahe ucapane sigeg cekak, ora kena kaulur dawa. "Wanda sigeg, yaitu wanda yang berakhiran aksara sigeg, dan biasanya bacaannya sigeg pendek, tidak dapat dieja panjang". Tuladha plek, leg, byak, bud, top, bab,....lsp. 5. Tembung Tembung, yaiku kumpulaning wanda utawa uni kang wis mawa nduweni teges, kedadeyan saka sawanda utawa luwih. "Tembung, yaitu kumpulan ejaan atau bunyi yang sudah mengandung arti, berasal dari satu ejaan atau lebih". Tuladha leng, byur, sreng, bocah, pawon, sagara, nagara, pancasila,...lsp. 6. Jisining Tembung Miturut ahli tata bahasa tradhisional S. Padmosoekotjo dalam buku Paramasastra Jawa, jinising tembung kaperang ana 10 werna, yaiku; a. Tembung KriyaKata Kerja Kayata mangan, nyapu, nyukur, turu, ngobong, ngantem, mancing, nulis, nabok, lan sapanunggalane. b. Tembung Kaanan Kata Sifat Keadaan Kayata lemu, kuru, gedhe, cilik, bodho, pinter, kandel, tipis, dawa, lan sapanunggalane. c. Tembung Wilangan Kata Bilangan Kayata siji, loro, telu, akeh, sithik, kabeh, saperangan, separo lan sapanunggalane. d. Tembung Panggandheng Kata Sambung Kayata lan, karo, dene, amarga, jalaran, ewadene, sebab, lan sapanunggalane. e. Tembung Panguwuh/Panyeru Kata Seru Kayata lho, wah, e, adhuh, oh, ah, hem, astaga, lan sapanunggalane. f. Tembung Ancer-ancer Kata Depan Kayata ing, saka, menyang, dening, kanggo, marang lan sapanunggalane. g. Tembung Panyilah Kata Sandang Kayata si, sang, sri, yang, sang hyang, lan sapanunggalane. h. Tembung Katrangan Kata Keterangan Kayata rada, banget, lagi, arep, wis, kira-kira, lan sapanunggalane. i. Tembung Sesulih Kata Ganti Kayata aku, kowe, dheweke, iki, kuwi, kae, sing, ana, kang lan sapanunggalane. 7. Wujuding Tembung Miturut wujude utawa dhapure diperang dadi loro yaiku tembung lingga lan tembung andhahan. a. Tembung Lingga, yaiku tembung kang durung owah saka asale, utawa tembung kang isih wutuh. Tuladha omah, papan, siji, pangan, bocah, resik,..lsp. b. Tembung Andhahan, yaiku tembung kang wis owah saka asale, sarana dirimbag; diater-ateri; dipanambangi; diseseli; dicambor; karangkep; lan sapanunggalane. 9. Tegese Tembung Camboran Tembung camboran, yaiku tembung loro utawa luwih digandheng dadi siji lan nduweni teges siji. Manawa kapirid saka tegese tembung camboran nduweni teges telung warna, yaiku; a. Teges aran; semarmendhem, nagasari,...lsp. b. Teges kriya; dok-kur, suduk-jiwa,....lsp. c. Tembung kaanan; peteng dhedhet, dhe-gus,...lsp. 10. Ater-Ater Ater-ater, yaiku wuwuhan kang dumunung ana sangareping lingga. Wujuding ana 18 warna, yaiku; dak, ko, di, ka, ke, sa, pa, pi, pra, pri, tar, kuma, kami, kapi, am, an, any, ang. 11. Panambang Panambang, yaiku wuwuhan kang dumunung ana saburining lingga. Cacahe ana 11 warna, yaiku; ku, mu, e, ne, a, i, ana, an, na, en, ake. 12. Seselan Seselan, yaiku wuwuhan kang dumunung ana ing satengahing lingga. Cacahe ana 4, yaiku; in, um, er, el. 13. Rimbag Rimbag yaiku ngowahi tembung saka asale. Umpamane sarana kacambor, karangkep ngarepe, utawa burine, diater-ateri, dipanambangi, lsp. Miturut wujude jinise, rimbag bisa kabedakake ana 13 warna, yaiku a. Rimbag lingga andhahan b. Rimbag tanduk c. Rimbag tanggap d. Rimbag tandhang e. Rimbag sananta f. Rimbag Bawa g. Rimbag guna h. Rimbag adiguna i. Rimbag hagnya pakon j. Rimbag sambawa k. Rimbag dwi purwa, lingga, wasana l. Rimbag wisesana m. Rimbag wacaka 14. Ukara Ukara yaiku tembung utawa kumpulaning tembung kang mawa nduweni teges. Tuladha; aja!...emoh!...ayo! aku lagi sinau basa Jawa. pitikku mati mangan racun. pak guru maringi garapan murid-murid..lsp Baca juga Tembung Entar Lan Tegese dalam Bahasa Jawa Tembung Saroja dan Artinya Secara Lengkap Demikian ulasan tentang "Paramasastra Basa Jawa" yang dapat kami sajikan. Baca juga artikel seni sastra Jawa menarik lainnya hanya di situs
bacaan tanduk bahasa jawa